Lihat Bintang Jatuh 3 Kali di Bali Saat Nyepi

Baca ini dulu

Masih Senin 27 Maret 2017

Sampai di Padangbai setelah 2.5 jam mabuk laut, langsung diarahkan untuk naik van ke Seminyak (sudah sepaket dengan boat). Selama di perjalanan kami lihat euphoria masyarakat Bali menyambut hari Nyepi. Banyak upacara dilakukan, dan parade Ogoh-Ogoh sepanjang jalan. Mereka juga mengenakan pakaian adat, sehingga euphoria nya semakin terrasa. Tahun lalu dari Padangbai ke Seminyak kami tiba malam hari, tapi hari itu kami sudah sampai saat sore sekitar jam 4. Sudah banyak toko yang tutup, jadi kami cari supermarket terdekat untuk belanja sebelum ke penginapan.

Kami memilih untuk menginap di villa agar Nyepinya tidak terlalu sepi. Bayangkan kalau di hotel dengan 1 kamar. Hanya bisa melihat Bali gelap dari jendela. Kalau di villa bisa berenang, bisa masak, ada balkon untuk stargazing. Vila 3 kamar yang kami pilih melalui Airbnb bernama Vila Dewi di daerah Seminyak (dekat hotel Harris). Saat kami sampai di sana, ternyata vilanya melebihi ekspektasi kami, sangat mewah! Berhubung kami akan patungan dengan 3 teman kakaknya Diego, Vicky, Angel, dan Pinky, jadi cukup murah untuk 2 hari hanya 500.000 per orang dengan fasilitas mewah.20170327_18194220170327_18192920170327_181910

IMG-20170326-WA0032
Photo yang ini Via Airbnb

Kami dibrief oleh pengurus vila yang sangat ramah about what not to do on Nyepi. Untuk AC, charge HP, lampu, dan telepon masih nyala. Untuk TV atau radio, tidak bisa. Jangan menyalakan lampu hingga kelihatan ke luar, kalau hanya untuk ke kamar mandi atau di dapur masih boleh. Jangan berisik, dan jangan keluar rumah. Rasanya itu saja.

Menjelang sunset kami keluar untuk cari makan dan belanja persiapan makanan untuk besok. Kami makan di restoran Kakatua Tropical Lounge, yang mana cukup fancy, karena sangat jarang restoran yang masih buka, dan itu satu-satunya yang paling dekat. Memang lagi iseng saja, kami pura-pura jadi turis Filipina, sok-sok ngomong bahasa Inggris sepanjang waktu di sana, mau pesan ayam penyet bingung kan orang luar gak bisa bilang penyet, akhirnya sok-sok dibule-bulein ngomong ayam pen-yet. Mungkin mbaknya pintar dan sadar kok orang Filipina gak ngomong Tagalog dan cuma ketawa-ketawa di sana 😦

20170327_191815
My Ayam Pen-Yet. Mahal Kita.

Malam datang, kami belanja bahan makanan lalu kembali ke vila. Diego memutuskan untuk berada di vila saja karena akan ada teman kampus kami yang akan datang. Saya dan Ciki keluar lagi untuk melihat parade Ogoh-Ogoh di pusat Seminyak. Parade Ogoh-Ogoh adalah arak-arakan patung raksasa, bentuknya bisa apa saja, kebanyakan sih yang menyeramkan. Sepanjang jalan sudah tidak ada toko yang buka, sudah cukup gelap, namun sangat ramai di sekitar parade Ogoh-Ogoh. Saya dan Ciki cukup kesulitan mendapat tempat yang strategis untuk menonton. Saya cukup terpana dengan parade itu, karena tidak pernah saya temukan di belahan manapun di Jakarta. Kami nonton sampai acara selesai, dan Nyepi dimulai…..

20170327_212439

Selasa, 28 Maret 2017

Saya, Diego, dan Ciki memutuskan untuk berenang pagi-pagi. 3 cewek lain masih pulas karena habis ngobrol sampai hampir pagi katanya. Nyepi di pagi-siang hari tidak terlalu terasa, hanya jauh lebih sepi saja, seperti di rumah sendirian. Hari itu saya habiskan untuk berenang, masak, maskeran, baca majalah, sedangkan Diego dan Ciki berjemur di balkon (dan godain tetangga sebelah). Biar tanned kayak abis dari Bali, katanya.

Processed with VSCO with f2 preset
Taken by Diego

Menjelang malam, kami mulai lihat bintang-bintang yang tertata rapi di langit. Semakin malam, bintang semakin banyak, dan kami habiskan sisa malam dengan tiduran stargazing di balkon. Bali gelap gulita, hanya diterangi bintang. Subhanallah cantiknya, sayang tidak ada yang punya kamera bagus, sehingga tidak diabadikan dengan baik. Dokumentasi yang paling baik hanya dari kamera HP saya. Jika kamu baca post saya yang lain di blog ini, kamu pasti tahu saya sangat jatuh cinta dengan bintang, sehingga jika lihat bintang membentang, saya hanya mematung kagum. Bahkan hari itu saya melihat bintang jatuh sebanyak 3x!

20170328_201506
Ya namanya juga usaha

Dalam hati saya berjanji akan datang ke Bali lagi saat Nyepi, dan kalau bisa di daerah pedesaan seperti pinggiran Ubud atau semacamnya, agar lebih menyatu dengan alam dan lebih cantik lagi pemandangannya. Seriously, kamu harus cobain Nyepi di Bali, at least once in a lifetime! You’ll love it!

20170328_224134
Suasana Nyepi di vila, masih nyalain lampu sedikit

Rabu, 29 Maret 2017

Pagi-pagi saya terbangunkan dengan suara ngobrol bapak-bapak di luar kamar, yan ternyata adalah pemilik vila ini sedang mengganti sesajen di pura mini sebelah kolam renang. Setiap rumah umat Hindu di Bali ada pura mini untuk sembahyang. Konon tiap rumah ada penunggunya, jadi mereka menaruh persembahan atau sesajen di pura mini itu untuk penunggu rumahnya. Saya, Ciki, dan Diego langsung siap-siap untuk ke Ubud naik mobil sewaan, sedangkan Angel, Vicky, dan Pinky melanjutkan perjalanan entah kemana lupa.

20170329_110841
Selama Nyepi makan fettuccini bolognaise sampe muak. Sarapan besoknya juga tidak lupa, fettuccini bolognaise!

Perjalanan dari Seminyak ke Ubud tidak terlalu lama, hanya sekitar 1.5 jam. Penginapan kami lagi-lagi ditemukan via Airbnb, berupa villa dua kamar dengan view sawah di bagian depan dan belakang. Vilanya terbuat dari kayu dan tidak ber-AC.

20170329_142231_HDR
Tampak luar
20170329_142219
Tampak dalam
20170330_115002_HDR
Pemandangan depan vila. No filter needed.

Sore hari, kami ke Pizza Bagus untuk makan (kalau kata Ciki, “pashtha therus bli, ndhak boshan bli?”). Sebelumnya mampir ke tempat tato di sebelah untuk sketsa tato karena Diego ngebet bikin tato untuk pertama kalinya (sekarang udah cukup banyak tatonya -_-, katanya nagih). Setelah makan, ke tempat tato lagi untuk eksekusi. Prosesnya tidak lama, hanya sekitar setengah jam. Setelah itu kami jalan-jalan cari tempat tari kecak atau barong, namun malah nyasar ke pelosok yang cukup jauh dari pusat kota dan akhirnya memutuskan untuk pulang. Oh iya di malam hari, Diego sempat lihat kunang-kunang di halaman belakang, sayang saya tidak lihat 😦

Kamis, 30 Maret 2017 

Daaaaaaan ini hari terakhir liburan kami 😦

Hari terakhir kami habiskan untuk pergi ke tempat-tempat magnet wisatawan di Ubud. Kami lewati Monkey Forest untuk menuju Istana Ubud. Saat itu cukup ramai di sekitar Monkey Forest, tapi kami tidak ke sana. Kami cari tempat parkir, cukup susah ternyata, karena ramai. Akhirnya kami parkir di tempat yang cukup jauh dari Istana Ubud. Sampai di Istana Ubud, kami cukup kecewa. Maaf saja, Istananya tidak ada yang spesial, tidak seperti istana dan berbeda dengan yang kami lihat di Google. Kami tanya orang, katanya benar itu istana Ubud. Oke deh, ya sudah gitu saja ternyata.

Kami cari alternatif wisata lain di sana. Ada museum seni yang terkenal. Saya sih tidak begitu tertarik, tapi daripada sudah selesai gitu saja tur Ubudnya. Saya jalan kaki dan lihat ada semacam gerbang kecil bertuliskan latihan tari. Saya amati sambil jalan melalui kafe di sebelah gerbang itu, ternyata itu adalah Istana yang kami lihat di Google! Langsung saya panggil Ciki dan Diego, lalu kami terkagum-kagum. Nama resminya Pura Saraswati, atau Ubud Water Palace, tertutup antara dua kafe, salah satunya Starbucks, sehingga tidak terlalu keliatan dari luar.

IMG-20170330-WA0014(1)

Tempatnya tidak terlalu besar, tapi cantik dengan 2 kolam penuh teratai di kedua sisi, tengahnya ada jalan menuju Pura. Tempatnya tidak ramai, kami sempat fashion show dan foto-foto dengan bebas di sana. Saat itu di dalamnya sedang ada beberapa bapak-bapak sedang memperbaiki barong, sehingga kami sempat ngobrol-ngobrol singkat dengan mereka mengenai politik Jakarta (sok ngerti aja).

20170330_133145_HDR(1)
Tampak dalam
IMG-20170331-WA0008
Ciki si Putri Bali
IMG-20170330-WA0037
With Bapak yang ajak ngomong politik tapi ramah banget

Tips: Saya selalu bawa sarung atau pashmina saat jalan-jalan di Bali, karena banyak tempat di Bali yang mengharuskan kita menutup bagian bawah dengan sarung, meskipun pakai celana panjang. Di sana juga dipinjamkan dengan gratis sih, tapi untuk jaga-jaga bawa saja. Bisa juga buat jadi alas duduk di pantai.

Puas dari sana, kami sempat fish spa di bagian kaki bareng anak kecil Jepang yang lucu, lalu menuju pasar seni Ubud yang terkenal itu. Di sana banyak sekali barang-barang nyeni a la Ubud. Harus pintar nego agar dapat harga yang bagus. Pokoknya di sana bawaannya pengen belanja aja!

Eat-Pray-Love-shooting-set-in-the-Ubud-traditional-art-market
Eat, Pray, Love di pasar seni Ubud

Sekitar jam 3 siang, kami harus kembali ke Kuta untuk mengejar pesawat menuju Jakarta. Di perjalanan kembali ke Kuta, kami mencoba tol di atas laut, karena penasaran. Cukup amazed dengan suasananya, karena jarang-jarang ada tol di atas laut, meski saat itu sedang surut dan tidak terlalu wah. Akhirnya sampai juga di bandara Ngurah Rai, dan berhubung saya pulang duluan dari Ciki dan Diego karena takut kemalaman, akhirnya saya ucapkan salam pisah dengan bali duluan (meski kena delay juga sih). Bye Bali! Matur Suksma!

Things I’ve learned from this trip:

  • Double check barang yang kamu butuhkan di perjalanan. Saya lupa bawa ID, jadi cek lagi ID nya sudah bawa apa belum!
  • Jangan terburu-buru belanja di satu tempat souvenir, karena bisa saja kamu menemukan yang lebih murah di sepanjang jalan (berlaku di Desa Sade dan Pasar Ubud)
  • Tetap aware dengan keadaan sekitar, jangan terlalu bergembira atau berisik. Ucapkan permisi di berbagai tempat, karena di Ubud ada “kemistisan” yang kami alami. Entah mistis atau tidak, mobil yang kami sewa jadi banyak baretnya, padahal yang kami tabrak hanya pembatas jalan (dan anjing. We’re so so so sorry, doggy, rest in peace 😦 Yaah, wallahualam, but stay aware, be humble and respect your surroundings.
  • UBUD IS VERY FRIENDLY! Setiap orang yang kami lewati tersenyum pada kami, padahal kami hanya lewat dan bukan siapa-siapa. Saya tidak sangka kalau senyuman saja bisa membuat hati orang lain gembira. Saya, Ciki dan Diego langsung bagus moodnya setelah liat orang-orang di sana senyum untuk kami.
  • Bali tidak melulu harus ke pantai. Kunjungan ke Bali kali ini kami tidak ke pantai sama sekali.
  • Kalau rame-rame, sewa mobil aja agar mudah perjalanannya.

 

Signature food I’ve tried:

  • Ayam Bakar Taliwang – Pedes tapi endesssss!
  • Kali ini tidak banyak makanan yang saya coba, sisanya makanan zona nyaman (except for that porky things in Gili Trawangan hahaha.. It’s not that good anyway)
  • Belum coba sate rembiga sih, tapi sate rembiga, I’m coming at you!

What I think about this trip:

Kali ini kami kurang bisa menikmati Gili Trawangan karena saat itu hujan. Untung selama di Bali tidak hujan. Tapi karena saya pergi bersama-teman-teman dekat saya, jadi menyenangkan. Kami kembali ke formasi 6 orang seperti yang saya suka. Overall, perjalanannya menyenangkan! Looking forward for next year, guys! (Rencananya sih akan jadi trip tahunan)

Ini rincian biaya yang saya keluarkan selama perjalanan ini, mudah-mudahan membantu

Transport

Tiket Damri: 40.000

Tiket pergi CGK-LOP: 943.000 (Lion Air)

Sewa mobil Lombok 3 hari: 700.000 + bensin 255.000 (@160.000)

Perahu ke Gili Trawangan: 90.000 (@15.000)

Naik Cidomo dari penginapan ke pelabuhan: 100.000 (@33.000)

Fast Boat dari Gili Trawangan ke Bali: 350.000

Sewa mobil Bali 1: 250.000 + bensin 200.000 + overtime 4 jam 120.000 (@190.000)

Tiket pulang DPS-CGK: 543.000 (Air Asia)

Tiket Damri: 40.000

 

Penginapan

Malam 1 – Sasak Lombok Bungalow 3 kamar: 375.000 (@125.000)

Malam 2 – Pelabuhan Bangsal

Malam 3 – Sahara Sands 3 kamar: 1.650.000 (@275.000)

Malam 4-5 – Villa Dewi: 3.000.000 (@500.000)

Malam 6 – Nanta Cottage: 390.000 (@130.000)

 

Miscellaneous patungan

Sewa 2 tenda di Pantai Mawun: 120.000 (@20.000)

Parkir 3 pantai: 30.000 (1 pantai 10.000)

Tour guide Desa Sade: 50.000 (tip-optional)

Private Snorkeling 3 spot di Gili Trawangan: 650.000 (@130.000)

Stock makanan untuk Nyepi: 550.000 (@92.000)

 

Makan (sesuai pilihan menu dan budget masing-masing): +-500.000 selama trip

Jajan: +- 100.000 selama trip

Oleh-oleh: +- 450.000

 

Total per orang:

+- Rp4.651.000

  

Sudah beli tiket ke Bali lagi,

Cheers!

Medina

Processed with VSCO with p5 preset

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s