Bandung, West Java

“Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi” – Pidi Baiq

Bandung adalah kota kelahiran ibu saya, dimana beliau tumbuh dan belajar menyayangi. Di Bandung juga lah Ibu dan Ayah saya bertemu, ketika ayah saya kuliah arsitektur di sana. Bandung selalu punya tempat sendiri di hati saya. Per tahun 2016 ini, keluarga saya resmi pindah ke ibukota provinsi sebelah, Bandung, meski saya masih tinggal di Jakarta. Mungkin akan ada beberapa post sendiri mengenai Bandung di jurnal saya.

The heroes of the story:

  • Hani Permatasari
  • Medina Basaib
  • Putri Rezkita Hartanti
  • Additional player: Febriyara Ardhi Putra

Di Bandung, saya tidak punya banyak teman. Teman kuliah saya, Purez, memang tinggal di Bandung, dan Hani saat itu akan ada acara kantornya di Bandung. Lalu, kenapa tidak bertemu dan jalan-jalan di Bandung?

Sabtu, 27 Februari 2016

Saya dan Febry berangkat ke Bandung naik travel dengan tujuan yang berbeda; saya mau jalan-jalan dengan teman kuliah, sedangkan Febry ingin mencoba brainstorm ide bisnis di Bandung. Setibanya kami di Bandung, kami ke rumah Febry untuk ambil kendaraan, lalu berjalan-jalan. Karena mobilnya sedang di bengkel, kami jalan-jalan naik motor menuju Taman Hutan Raya di kawasan Lembang, sambil menunggu Hani selesai dengan tugasnya.  Sebenarnya tujuan kami bukan ke sana, tapi karena tempat itu sudah tutup, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke sana saja.

Kami sampai di Tahura sekitar pukul 7 malam dan tak lama, hujan mengguyur. Akhirnya mau tidak mau kami habiskan malam itu di Armor Kopi, ditemani susu, kopi, dan cireng. Sebenarnya kalau terang, tempat itu punya pemandangan yang indah. Sayang, saat itu malam dan gelap. Armor Kopi adalah salah satu tempat ngopi di Bandung yang lagi hits. Selain karena pemandangannya yang indah, minuman dan makanannya cukup ramah di kantong, meskipun pilihan menunya tidak banyak.

Indonesia-Bandung-Coffee-Shop-Armor-Kopi-Outdoor-seating-beside-the-forest-01
Credit foto tercantum di foto 🙂

Masih hujan hingga pukul 10.30 malam, akhirnya kami terobos hujan untuk menuju hotel tempat saya, Hani, dan Purez menginap. Hari yang panjang 🙂

Minggu, 28 Februari 2016

Setelah sarapan, saya, Hani, dan Purez check out dari hotel Amaris dan naik taksi menuju Warung Modjok. Warung Modjok ini berada di dalam komplek perumahan orang kaya di Sersan Bajuri. Tempatnya kecil dan cantik.

_MG_3384
Courtesy of bandungdiary.blogspot.com

Namanya juga Warung Modjok, kami memutuskan untuk duduk di pojok. Di sana, menunya cukup banyak, namun karena saat itu sekitar waktu brunch, kami memutuskan untuk beli cireng (lagi) dan pisang goreng. Saya sendiri memilih susu coklat (lagi) sebagai minumnya. Harganya juga masih sangat reasonable, sekitar Rp10.000 – Rp25.000.

Pisang gorengnya ENAK BANGET!

Perut kami mulai lapar dan kami memutuskan untuk ke Dusun Bambu. Kenapa kami memutuskan untuk kesana, karena kami belum pernah ke sana, dan saya selalu penasaran dengan tempat itu. Dusun Bambu, yang berada di jl. Kolonel Masturi, merupakan salah satu tempat favorit untuk wisata keluarga. Jadi di sana jangan heran dengan banyaknya anak kecil yang berseliweran.

Kami makan di restoran yang konsepnya seperti food court berkredit seperti Eat n Eat. Saya memesan Nasi Timbel, ssalah satu menu wajib saya kalau singgah ke Bandung. Karena untuk keluarga, harga makanan di Dusun Bambu lebih mahal dibanding Armor Kopi dan Warung Modjok. Lagi-lagi kami makan ditemani pemandangan hutan dan gunung.

Eksplor Dusun Bambu! Seru otak kami..

Banyak spot menarik di Dusun Bambu. Yang menarik perhatian saya saat itu adalah semak-semak penuh bunga, restoran berkonsep sarang burung, juga restoran berkonsep cottage.

Yang ada di pikiran saya saat itu, tempat ini menarik untuk kumpul-kumpul arisan! Dasar perempuan..

1461921939778

Tidak terrasa, hari sudah sore dan saya harus pulang ke rumah di daerah Supratman dulu untuk mengantar barang ke Ibu saya.

Lalu masalah terjadi…

Kami memutuskan untuk pulang dan pesan taksi. Lama, tidak ada kabar dari pool taksi, dan ternyata setelah dicek berkali-kali mereka tidak bisa menemukan taksi yang berada di daerah sana. Memang jauh sih, tapi sudah beberapa merek taksi tetap tidak ada. Di sana juga tidak ada jasa memanggilkan taksi. Tidak ada taksi, tidak ada mobil online, sehingga kami tidak bisa kemana-mana!

Waktu semakin menipis, saya harus mengejar travel sendiri, sedangkan yang Hani travelnya malam, dan Purez memang tinggal di Bandung. Di waktu yang sangat mepet, akhirnya saya memutuskan untuk pulang duluan menggunakan G%Jek, yang masih malu-malu di sana. Tidak lama saya pulang, Hani dan Purez pun memutuskan untuk naik G&Jek.

Tiba di travel di saat yang tepat, mepet, akhirnya saya menitipkan barang di pool travel untuk diambil adik saya. Ibu saya pun marah-marah karena saya tidak pulang dulu.

Oh well.. See you around, Bandung!

Things I’ve learned from this trip:

  • Jangan berani ke tempat jauh terisolasi jika kamu tidak siapkan kendaraan pribadi!

Signature food I’ve tried:

  • Cireng: 2 piring cireng saya coba, dan yaaa.. cireng 🙂
  • Pisang Goreng Warung Modjok: Enaaakkkk, pisang, ditambah gula, karamel, susu..
  • Nasi timbel: One of my favorite Sundanese food ever! Tapi kalau yang saya coba di Dusun Bambu ini, rasanya biasa saja sih..

What I think about this trip:

Perjalanan kali ini rada di luar dugaan, karena banyak hal tidak terjadi sesuai rencana. Tapi, rencana dibuat bukan untuk dipatuhi, bukan?

Minggu depan saya ke Bandung lagi, tapi rasanya tidak jalan-jalan.

Cheers!

Medina

1457279746020

3 pemikiran pada “Bandung, West Java

  1. Padahal saya orang bandung, tapi ngeliat postingan kaya gini jadi kerasa banget kurang pikniknya.. heu…

    salam kenal

    Suka

Tinggalkan komentar